Batu Baterai Kendaraan Listrik dari Tambang Nikel di Pulau Obi

Pernahkah Anda membayangkan mengendarai kendaraan dengan tenaga listrik? Bayangan itu bukan lagi imajinasi yang tak mungkin tercapai karena mungkin, produk kendaraan tersebut sebentar lagi akan mulai dipasarkan. Sebagaimana yang sudah diketahui, pembahasan mengenai kendaraan ramah lingkungan menjadi pembicaraan yang paling sering didengar. Langkah itu diambil karena semakin kesini, jumlah produk BBM dunia kian rendah. Harga BBM juga naik turun mengikuti harga dunia.

Kenyataan tersebut menjadi sangat wajar, sebab bagaimanapun Anda tidak bisa memungkiri bahwa BBM termasuk sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Artinya, manusia harus berpikir untuk beralih dari minyak agar tetap melakukan mobilitas cepat seperti semula. Salah satu langkah yang dilakukan adalah melakukan pergantian tenaga listrik pada kendaraan tersebut. Bahan utama yang digunakan untuk pembuatan batu baterai ini adalah nikel.

Nikel sendiri bentuk dari sumber daya alam yang lekat dalam penggunaan sehari-hari. Indonesia termasuk negara dengan jumlah nikel terbesar. Tambang nikel di Pulau Obi sendiri mencapai 72 juta ton. Jumlah tersebut tentu akan sangat menarik, ketika digunakan untuk pembuatan batu baterai dan gagasan tersebut sudah dilakukan. Markas pembuatannya berada di kawasan Halmahera Selatan, Maluku Utara tepatnya di Pulau Obi.

Sebagaimana yang sudah diketahui, pembicaraan tentang industri pertambangan tentu akan menyingkap dua kenyataan yang berbeda. Pertama, kecanggihan yang terus diciptakan untuk memaksimalkan hasil tambang. Kedua, itu adalah terkait efeknya bagi lingkungan. Namun, ini tidak lagi perlu dikhawatirkan dengan pengolahan bijih nikel limonite yang dilakukan oleh Halmahera Persada Lygend selaku anak perusahaan dari Harita Nickel yang berhasil mengatasi isu lingkungan tersebut. 

Proses Pengolahan Bijih Nikel

Beberapa sumber menjelaskan tentang proses yang telah dilakukan oleh sentral perusahaan yang berada di Pulau Obi. Dari data yang ada, Anda bisa melihat dengan jelas bahwa perkembangan yang dilakukan memang menghasilkan produksi nikel yang luar biasa. Apalagi dengan penambahan teknologi bernama High Pressure Acid Leach ( HPAL). Proyek ini bahkan dianggap sebagai proyek nasional yang semuanya akan dipertimbangkan dengan baik.

Hasil yang paling memuaskan dari langkah tersebut adalah terekstraksinya bijih nikel limonit menjadi nikel dengan kualitas tinggi. Sebelumnya, limonit merupakan bagian dari hasil tambang yang nilai mempunyai kadar nikel rendah. Hal itu yang menyebabkan limonit tidak memiliki nilai ekonomis. Namun setelah menggunakan teknologi diatas, proses pengolahan limonit menjadi lebih mudah dan tidak memerlukan biaya yang terlalu tinggi. Keberhasilan tersebut yang pada akhirnya, membuat limonit ikut serta dalam jenis nikel dengan nilai jual setara. Hasil akhir dari proses ini berupa Mixed Hydroxide Precipitate. Unsur itulah yang menjadi bahan baku dari pembuatan batu baterai kendaraan listrik.

Keberhasilan ini membuat tambang nikel di Pulau Obi tentu mendapatkan perhatian. Ini tidak saja karena kesuksesan dalam pengolahan bijih nikel limonite saja, tapi juga pengelolaan limbah dan sisa produksi yang ada. Dari penelitian yang ada, kadar karbondioksida yang dihasilkan dari proses HPAL ini justru terbilang rendah dan aman bagi lingkungan. Selain itu, sisa pengolahannya berupa bahan berbentuk padat. Setelah diteliti, limbah ini ternyata tidak beracun dan tidak beracun juga bagi lingkungan. Karena itu, limbah dari sisa pengolahan itu justru bisa dimanfaatkan untuk penutupan lubang yang merupakan bekas tambang di Pulau Obi. Dengan demikian, perusahaan tambang tidak saja berhasil mengolah hasil tambang tapi juga meminimalkan dampak dari pengolahan tambang tersebut sehingga dampaknya pada lingkungan bisa ditekan. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *