Sudah menjadi kebiasaan, Idul Fitri di Indonesia banyak disebut masyarakat sebagai Lebaran. Namun, apa sebenarnya makna penyebutan Lebaran ini? Berikut ini merupakan penjelasan dari Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah IAIN Surakarta, Khasan Ubaidillah, M Pd I, tentang penyebutan Lebaran menurut filosofi orang Jawa.
Khasan mengatakan, jika menarik kata Lebaran dari kosakata masyarakat Jawa, maka bisa diartikan lebar, lebur dan luber. Menurut Khasan, lebar bisa dimaknai dengan, selesai dari kemaksiatan dan hal hal yang kurang baik dari diri kita. Kemudian, kita menuju ke hal hal yang lebih baik yang menyempurnakan kita sebagai manusia.
"Lebar ini coba kita maknai pada sisi positifnya bahwa mari kita berlebaran, lebar, selesai. Selesai dari kemaksiatan kemaksiatan kita, dari hal hal yang kurang baik pada diri kita, dari hal hal negatif yang ada pada diri kita." "Kemudian menuju ke hal hal yang lebih baik dan menyempurnakan kita sebagai manusia. Jadi lebaran ini adalah momentum bagi kita untuk pamitan dari kemaksiatan kemaksiatan untuk menuju ke yang lebih baik," terang Khasan. Khasan menuturkan, makna lebur ini diambil karena lebaran adalah momentum yang luar biasa bagi semua orang untuk melebur dosanya.
Caranya yakni dengan saling meminta maaf kepada semua orang yang ada di sekitar kita. "Kemudian yang kedua lebur, kenapa kemudian maknanya lebur. Karena memang lebaran adalah momentum yang luar biasa bagi semua orang untuk melebur dosanya dengan cara minimal saling mohon maaf kepada semua orang yang ada di sekitar kita." "Kemudian yang kedua lebur, kenapa kemudian maknanya lebur. Karena memang lebaran adalah momentum yang luar biasa bagi semua orang untuk melebur dosanya dengan cara minimal saling mohon maaf kepada semua orang yang ada di sekitar kita," tuturnya.
Dengan adanya Idul Fitri ini diharapkan bisa membuat umat Muslim mengupayakan jalan jalan rekonsiliasi saling meminta maaf ke semua orang, Sehingga, setelah Lebaran ini, umat Muslim bisa menjadi orang yang berupaya untuk melebur dosa dosanya dengan meminta maaf atau memberikan maaf. "Maka dengan adanya Idul Fitri ini minimal kita bisa mengupayakan jalan jalan rekonsiliasi untuk minta maaf ke semua orang. Walaupun mungkin kita bisa jadi merasa, 'saya dengan orang itu tidak merasa bersalah kok,' tapi tetap saja momentum terbaik untuk meminta maaf, memberi maaf dan saling bermaaf maafan."
"Sehingga kita kemudian masuk di lebaran ini, Idul Fitri ini sudah menjadi orang yang berupaya untuk melebur dosa dosanya dengan meminta maaf atau memberikan maaf," ujar Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah IAIN Surakarta tersebut. Makna yang terakhir dari Lebaran yakni luber, yang berarti telah meluberkan pahala, kebaikan, hal hal yang baik. Tidak hanya bagi diri kita tapi juga kepada orang lain.
"Dalam proses ini sebenarnya kita sudah mengupayakan untuk memperbanyak hal hal baik, melakukan ibadah, maka lebaran ini sebenarnya momentum untuk apa, luber. Meluberkan pahala, kebaikan, hal hal yang baik." "Tidak hanya sekedar ke diri kita, tapi ke orang lain, masyarakat yang lebih umum. Sehingga ini bisa menjadi momentum untuk mari bersama sama berbuat baik, berwasiat kebaikan dan menciptakan kebaikan ke semua orang," jelas Khasan. Maka dapat disimpulkan bahwa, Lebaran ini berarti lebar dari maksiat, leburnya dosa dosa dan meluberkan kebaikan.
Lebaran dianggap bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang lebih baik di masa yang akan datang. "Maka lebar, lebur, luber. Lebar dari maksiat, lebur dosa dosa kita dan meluberkan kebaikan untuk menciptakan masyarakat yang lebih baik di masa yang akan datang." "Inilah kemudian yang kita sebut dengan Idul Fitri identik dengan sebutan Lebaran, sebagaimana jika diambil dari kebahasaan orang Jawa," pungkasnya.